Kain bukan tenunan dua komponen digunakan dalam banyak aplikasi, termasuk produk kebersihan dan medis. Bahan ini terutama bermanfaat untuk produk yang memerlukan daya tahan tinggi atau sifat anti bakteri. Misalnya, kain bukan tenunan bikomponen sering digunakan dalam tisu dan perban untuk perawatan luka. Ini juga berfungsi sebagai bahan penyerap pada produk kesehatan kewanitaan.
Kain bukan tenunan dua komponen diproduksi dengan mencampurkan dua serat mikro polimer. Setiap serat mempunyai diameter yang berbeda-beda. Perbedaan diameter kedua serat dapat mempengaruhi kinerja kain. Hal ini disebabkan oleh titik leleh polimer yang berbeda. Oleh karena itu, kain tersebut mempunyai karakter yang unik. Salah satu keunggulan kain ini adalah kemampuannya untuk dipintal menjadi benang bertekstur.
Dalam penemuan ini, kami mengembangkan strategi simulasi elemen hingga baru untuk kain bukan tenunan serat bi-komponen. Secara khusus, kami mengembangkan model komputasi mikromekanik yang mewakili perilaku mekanik nonlinier anisotropik dari kain ini. Dengan mengembangkan dan membandingkan strategi ini dengan teknik pemodelan elemen hingga (FE) tradisional, kita dapat menjelaskan mekanisme yang mempengaruhi sifat mekanik material ini.
Strategi pemodelan elemen hingga yang baru didasarkan pada pendekatan pemodelan fase diskrit. Kami telah menunjukkan bahwa ini dapat mewakili perilaku mekanis kain bukan tenunan serat bi-komponen dengan cara yang lebih realistis. Sebelumnya, perilaku mekanis kain ini dicirikan oleh model FE, yang terutama memperhitungkan ikatan antar kawasan komposit. Untuk memperhitungkan keacakan mikrostruktur pada material ini, kami memperkenalkan fungsi distribusi orientasi ke dalam perhitungan. Kami menemukan bahwa kekuatan tarik serat bikomponen diklasifikasikan sebagai Efl, sedangkan TTI kain bukan tenunan PLA murni adalah 73,2 detik. Namun sifat bahan anisotropik dihitung dengan menghitung sifat serat penyusunnya.
Strategi baru ini juga memungkinkan kita untuk mengeksplorasi efek ikatan antara serat bikomponen dan menghitung sifat mekaniknya. Selain itu, serat inti/selubung yang bertindak sebagai penghubung perpindahan beban antara titik ikatan komposit juga dimodelkan secara langsung sesuai dengan distribusi orientasi. Sifat mekanik ini diperoleh melalui algoritma internal khusus.
Sebagai hasil dari pengembangan pendekatan baru ini, kami dapat menjelaskan mekanisme yang terlibat dalam deformasi kain-kain ini. Hasil kami menunjukkan bahwa titik ikatan antar serat memainkan peran penting dalam menentukan perilaku mekanis kain tersebut. Selain itu, kami mengusulkan bahwa model FE fase diskrit yang baru dapat digunakan untuk menjelaskan deformasi kain bukan tenunan dua komponen.
Kain bukan tenunan dua komponen dari penemuan ini dapat diproduksi dengan menggunakan proses pembentukan serat yang ada. Proses ini mencakup kombinasi dua pasang roller nips. Setelah serat dicairkan dan diregangkan, serat tersebut dirangkai menjadi jaring. Selama proses ini, serat diberi perlakuan panas dan perekat. Web kemudian dikumpulkan ke layar kolektor. Dari layar pengumpulan, serat diorientasikan kembali dan kemudian dipintal menjadi kain bukan tenunan dua komponen akhir.
Keuntungan lain dari pendekatan ini adalah kemampuan untuk mengembangkan benang bertekstur baru dari serat bi-komponen. Selain itu, teknologi ini dapat digunakan untuk membuat kain dua komponen untuk berbagai aplikasi, seperti pembuatan media filter industri.
Kain bukan tenunan dua komponen Aplikasi: Kebersihan: Sprei dan pinggang popok bayi, kemasan makanan, dll.
Kain bukan tenunan dua komponen , juga dikenal sebagai serat bikomponen atau konjugat, adalah jenis kain yang terbuat dari dua polimer berbeda yang digabungkan selama proses pembuatannya. Kedua polimer tersebut dapat memiliki sifat yang berbeda, seperti titik leleh, yang memungkinkan kain memiliki kualitas dan karakteristik tertentu. Serat dapat disusun dalam berbagai cara, seperti berdampingan atau inti selubung, yang menghasilkan sifat berbeda pada kain akhir.